Posts

Showing posts from 2019

Peran dan Tanggung Jawab

Beberapa teman sangat bangga ketika mendapat banyak peran. Beberapa kolega merasa memiliki derajat arogansi yang lebih tinggi ketika duduk di banyak kursi, dimintai lebih banyak pendapat, diundang di lebih banyak pertemuan dan yang terpenting ketika mendapat lebih banyak pemasukan, hasil dari kesibukan. Indikasinya simpel, mereka semakin tidak mau kalah apalagi disalahkan. Mereka makin sering menginginkan kemenangan dari pembicaraan tidak penting, mulai mengatur-atur yang tidak perlu teratur dan terlihat lebih enak kala tidak teratur. Kehidupan antar individu itu kompleks jadi biarkan saja tidak teratur. Berbeda dari kerumitan komponen yang memang lebih indah saat ditata.  Ironisnya adalah mereka seolah berpaling ketika berbicara tanggung jawab. Mereka menerima semua perannya, menikmati kompensasinya (yang sebagian besarnya adalah materi) tapi memantul-mantulkan tanggung jawabnya. Peranlah yang membedakan manusia dan lainnya tapi level  tanggung jawablah yang membedakan manusia sa

Stiletto

Saya menulis ini karena momen lucu yang saya dapati saat pertemuan keluarga. Kerabat saya yang bisa dikatakan paling borjuis mengeluh mengalami sakit pinggang dan bagian kakinya setelah sibuk kondangan dalam beberapa minggu terakhir. Awalnya saya berpikir mungkin saja karena dia lelah duduk, berjalan terlalu jauh atau karena menyetir sendirian beratus-ratus kilometer dalam mobil manual. Tapi semua dugaan saya itu dipatahkan oleh pernyataan Dia sendiri. Sebagian besar acara adalah garden party , Dia tidak menyetir mobil manual dan yang terpenting Dia punya sopir pribadi. Jadilah saya berpikir bahwa penyebab semua masalah ini adalah sesuatu yang secara intens menghinggapinya, sebuah benda yang memang sejak awal keliru soal penggunaannya. Pertanyaan kemudian saya lanjutkan mengenai pakaian yang Ia kenakan. Dan lagi-lagi saya dibuat salah. Dia tidak memakai kebaya dengan korset yang menyiksa tetapi lebih banyak dengan dandanan kasual. Pasti ada yang terlewat pikir saya, dan benar

Penari

Post ini bertujuan untuk memberikan tanggapan pribadi mengenai kicauan, vlog, dan tulisan yang banyak beredar tentang pengalaman beberapa mahasiswa yang mengadakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di suatu wilayah di Pulau Jawa. Sangat menyeramkan memang, tapi tanpa bermaksud menyinggung siapapun saya ingin sampaikan bahwa sesuatu yang seram bisa membantu menyembunyikan hal-hal yang dengan mudah bisa didatangi tempat-tempat yang familiar. Saya tidak menampik pesan moralnya bahwa kita harus bersikap hormat dimanapun kita berada tapi cerita ini juga sudah menyingkap tabirnya sendiri bahwa sesuatu yang seram sebenarnya hanya untuk menjauhkan orang-orang dari esensi logis sesungguhnya. Para vlogger terkenal itu bukannya membantu menelusuri dengan akal sehat malahan demi viewer berpura-pura excited dan ikut-ikutan memberi bumbu penambah seram. Baiklah kita mulai saja. Cerita ini intinya sebenarnya sangat simpel : Cinta Segitiga dari tiga anak manusia; Bima, Ayu dan Widya. Ayu menyukai Bima dan

Boring

Blogging terkadang membosankan. Setidaknya hidupku berlalu seperti lautan. Seperti tanpa gelombang, meskipun di dalamnya milyaran joule energi saling berdesakan dan menghantamkan diri. Belakangan aku memenuhi kamar sempitku dengan buku-buku. Menyedihkan memang, hanya buku-buku itu saksi bisu kebanggaanku dalam pilu. Aku juga tidak punya banyak konten kusajkan, jadi ya aku tidak berharap orang membaca ini. Aku juga tidak pandai merangkai kata, tapi bukankah setiap curhatan kadang tersaji tanpa alur. Yang pertama ada adalah yang tidak teratur, chaos -dan kemudian si jenius mengaturnya, karena pada dasarnya saat anda melihat keteraturan dalam perkataan atau pemikiran sudah barang pasti tidak ada orisinalitas di sana, meskipun kita menyadari ada kejeniusan yang menatanya. Beberapa minggu lalu aku membeli mainan baru, bersamaan dengan itu, aku mulai ikut-ikutan menata prouktivitas dan ritme harianku. Lucu juga, bohemian seperti aku malahan ikut uduh dan coba lalu uninstal. Mungkin mema