Stiletto

Saya menulis ini karena momen lucu yang saya dapati saat pertemuan keluarga. Kerabat saya yang bisa dikatakan paling borjuis mengeluh mengalami sakit pinggang dan bagian kakinya setelah sibuk kondangan dalam beberapa minggu terakhir. Awalnya saya berpikir mungkin saja karena dia lelah duduk, berjalan terlalu jauh atau karena menyetir sendirian beratus-ratus kilometer dalam mobil manual.

Tapi semua dugaan saya itu dipatahkan oleh pernyataan Dia sendiri. Sebagian besar acara adalah garden party, Dia tidak menyetir mobil manual dan yang terpenting Dia punya sopir pribadi. Jadilah saya berpikir bahwa penyebab semua masalah ini adalah sesuatu yang secara intens menghinggapinya, sebuah benda yang memang sejak awal keliru soal penggunaannya.

Pertanyaan kemudian saya lanjutkan mengenai pakaian yang Ia kenakan. Dan lagi-lagi saya dibuat salah. Dia tidak memakai kebaya dengan korset yang menyiksa tetapi lebih banyak dengan dandanan kasual. Pasti ada yang terlewat pikir saya, dan benar saja ketika saya tanyakan alas kaki apa yang digunakan dia menjawabnya dengan mengatakan stiletto.

Wow dengan tinggi badan kurang dari 165 cm dan terlihat tidak proporsional (cenderung over), menggunakan stiletto lebih mirip seperti menyiksa diri ketimbang membuat kita lebih cantik. Barang yang memerlukan sedikit keahlian dan tidak hanya tentang kebiasaan ini memang dibuat tidak untuk semua wanita (bahkan juga pria). Champaigne terkenal  benda ini menggunakan tidak sebarang model, tapi model yang memang kuat secara fisik (fitness female model). Kita tidak bisa menyalahkan iklan itu dengan berpikir bahwa mereka  menipu karena secara eksplisit dan implisit iklan itu sudah menunjukkan yang pantas mengangkanginya. Hanya wanita dengan tubuh proporsional, dengan ketangkasan di atas rata-rata yang dirasa pas menggunakannya. Wanita lain yang tidak proporsioanl dan cenderung over weight akan kesusahan. Hal ini akan mudah sekali dilihat ketika kita membuka buku fisika SMP kita.

Telapak kaki kita dibuat sesuai proporsional tubuh kita, semakin berat tubuh  kita, tekanan yang kita berikan saat memijak akan menjadi semakin besar pula. Oleh karena itu juga, telapak kaki kiri cenderung lebih besar karena proporsi berat organ di sebelah kiri sedikit lebih besar dibandingkan dengan bagian kanan. Nah ketika menggunakan stiletto, beban yang sama akan ditahan oleh penampang yang jauh lebih kecil. Akibatnya tekanan permukaan akan menjadi jauh lebih besar. Respon dari hal ini yang cukup sering ditemui adalah reaksi balik setelah melakukan pijakan. Tidak hanya berpotensi merusak atau menusuk pada pijakan tetapi juga tekanan balikan yang tidak kalah besar. Kaki akan menjadi berat dan mengganggu peredaran darah pada kaki kita.  Kenaikan beban juga tidak hanya dirasakan pada bagian kaki tapi kemungkinan didistribusikan pada organ lain terutama daerah punggung. Oleh karena itu penggunaan dalam waktu lama kemungkinan tidak hanya berpengaruh pada tulang akan tetapi juga otot dan pembuluh darah kita.

Setelah menjelaskannya saya kemudian menyarankan untuk menggunakan jenis alas kaki dengan permukaan pijak penuh. Tapi lagi-lagi saya diprotes. Dia bilang bahwa dia hanya ingin tahu sebabnya tanpa perlu tahu solusinya, apalagi solusinya adalah mengganti alas kaki. Alas kaki bagi Dia adalah alat untuk membuatnya terlihat lebih jenjang dan secara dramatis dan penuh ilusi membuat dia terlihat lebih tinggi.

Oke beauty is pain and beauty is illusion.  


      

Comments

Popular posts from this blog

Andai Saja

Pilihan

Berbeda